Langsung ke konten utama

Saat itu

Terus apa yang lebih menguatkan dari sekedar rasa sabar?

Disaat kamu sadar, bahwa apa yang kamu lakukan itu selama ini hanya menyakiti perasaan orang
Saat itu kamu sadar, hidup kamu gak lebih dari apapun untuk siapapun

Saat kamu hanya milikin sebuah harapan, agar Tuhan bisa paham akan hatimu yang sejujurnya
Saat itu kamu ingin memeluknya
Bertemu, mengatakan apa yang selama ini kamu rasakan

Saat kamu bermimpi, namun seseorang mengatakan
Tanpanya kamu bukan apa-apa
Tanpanya kamu bukan segalanya
Saat itu kamu ingin menceritakan semuanya kepada Tuhan, tentang apa yang dikatakan orang

Tentang dirimu yang begitu salah
Begitu tak berarti
Bahkan tak pernah menyenangkan hati
Saat itu, kamu ingin menjadi satu-satunya orang yang beruntung yang diciptakan oleh Tuhan
Ingin mendapatkan apa yang selama ini kamu butuhkan

Meski kamu sadar, bahwa Tuhan lebih paham apa yang sebenarnya harus kamu terima.

Ketika dunia membencimu,
Kamu hanya berharap

Bahwa Tuhan,
Tak akan pernah membencimu.

Delvia Abbabil, 19 Oktober 2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temani Langkahku

E mbun pagi, Bersama mentari Silau-silau dari ventilasi Membangunkanku dari mimpi Cahaya pagi, Bersama burung-burung gereja Membisingkan suasana pagi Yang rapat oleh macetnya pengendara Dengan penuh harap, Kutapaki jalan yang ramai akan pejalan kaki Melihat mereka yang bergegas cepat untuk mengejar mimpinya Aku hanya diam tanpa kata Kutatapi hatiku, Yang penuh akan gelisah terhadap masa depan Yang selalu terbebani akan masa yang belum datang Tergerus oleh kejadian yang belum terjadi Siapakah pemilik semesta ini? Bolehkah aku bertanya, Ada apa di masa yang akan datang? Sebab, aku terlalu takut Untuk hal-hal yang membuatku jatuh kembali Meski kupaham, Segala garis waktu telah memiliki kisah dan alurnya masing-masing Meski aku sadar, Bahwa engkau selalu memberikan apa yang harusnya terjadi Untukku, Dan semesta. Tuhan, Beri setumpuk kekuatan sabar yang tiada habis Beri kebesaran ikhlas yang tiada luntur Beri keluasan hati yang tenang, untuk setiap langkah Kar

Luka Yang Disengaja

Permainan itu,  Mengingatkanku Pada tiap ucapan katamu Yang membuatku,  Mengulas senyum di wajahku Bisakah sejenak saja kau ulang kembali? Tiap waktu itu Katamu, candamu Yang terus kau ulangi Berkali-kali, kala dulu. Tapi, layaknya yang kau dan aku juga tahu Waktu adalah denting yang bergerak Tak ada henti di setiap perjalanannya  Waktu yang lalu, akan berlalu Seperti kita yang dulu terlihat syahdu Kini saling mengadu Soal sembilu Mengaku benar dengan penuh ego Tanpa pernah terlintas,  Bahwa ini adalah.. Goresan luka yang disengaja.